Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Cigedug

Jl. Raya Cigedug, Kp. Cirata Desa Sukahurip Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut

Selamat Datang...

Semoga Informasi Yang Kami Sampaikan Bisa Bermanfaat

Pelatihan Perbanyakan Tanaman Jeruk

Perbanyakan tanaman secara okulasi dan grafting yang berlokasi di Wahana Agrowisata EPTILU

Gerakan Tanam dan Pelihara Pohon (GTPP)

Sumbangsih untuk negeri penanaman pohon kopi di Kecamatan Cigedug

Pembukaan SL IPDMIP Tahun 2021

Acara pembukaan SL IPDMIP Tahun 2021 di BPP Kecamatan Cigedug

Bimtek Pembuatan Programa

Bimbingan teknis untuk penyusunan programa di BPP Kecamatan Cigedug

Sekolah Lapangan IPDMIP Tahun 2020

Kelompok Tani Negla Indah Desa Cintanagara Kecamatan Cigedug

Sunday, December 12, 2021

Cara Pengendalian Penyakit Blas Pada Tanaman Padi

Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia  grisea. Awalnya penyakit ini berkembang di pertanaman padi gogo, tetapi akhir-akhir ini sudah menyebar di lahan sawah irigasi. Jamur P. grisea dapat menginfeksi pada semua fase pertumbuhan tanaman padi mulai dari persemaian sampai menjelang panen. Pada fase bibit dan pertumbuhan vegetatif tanaman padi,  P. grisea menginfeksi bagian daun dan menimbulkan gejala penyakit yang berupa bercak coklat berbentuk belah ketupat yang disebut blas daun. Pada fase pertumbuhan generatif tanaman padi, gejala penyakit blas berkembang pada tangkai/leher malai disebut blas leher. Perkembangan parah penyakit blas leher infeksinya dapat mencapai bagian gabah dan patogennya dapat terbawa gabah sebagai patogen tular benih (seed borne).

Penyakit blas leher juga sering disebut busuk leher, patah leher, tekek (Jawa Tengah), kecekik (Jawa Barat). Penyakit blas juga dapat berkembang pada tanaman selain padi seperti gandum, sorgum dan spesies rumput-rumputan. Pada lingkungan yang kondusif, blas daun berkembang pesat dan kadang-kadang dapat menyebabkan kematian tanaman. Penyakit blas leher dapat menurunkan hasil secara nyata karena menyebabkan leher malai mengalami busuk atau patah sehingga proses pengisian malai terganggu dan banyak terbentuk bulir padi hampa. Gangguan penyakit  blas leher di daerah endemis sering menyebabkan tanaman padi menjadi puso.

Teknik Pengendalian Penyakit Blas

Keberhasilan pengendalian penyakit blas dipengaruhi oleh kemampuan pengaturan lingkungan. Terutama iklim mikro tanaman, keseimbangan penyerapan unsur hara dan tingkat kesuburan tanah. Kondisi lingkungan berpengaruh terhadap laju perubahan raspathogen blas, diantaranya varietas tahan, musim tanam yang tepat, pemakaian pupuk seimbang, dan penggunaan fungisida secara tepat.

Penggunaan Varietas Tahan

Penanaman varietas tahan merupakan cara pengendalian yang terbaik, diharapkan varietas mempunyai ketahanan yang stabil .Ketahanan stabil adalah ketahanan yang tidak berubah (konsisten) pada tempat dan waktu penanaman yang berbeda atau tahan terhadap Pyricularia Oryzae. 

Waktu Tanam

Perbedaan agroklimat antarlokasi/wilayah dalam skala besar atau kecil memerlukan pengelolaan yang berbeda dalam menghadapi serangan blas. Oleh karenaitu, penanaman padi gogo dianjurkan pada awal musim penghujan. Penanaman pada awal musim hujan perlu dibantu dengan penyemprotan fungisida untuk menekan blas leher, terutama pada saat keluar malai dan awal berbunga.

Pemupukan

Pengaruh pemupukan terhadap penyakit blas tergantung pada kesuburan tanah, jenis dan takaran pupuk, serta varietas yang ditanam.Varietas yang rentan dengan peningkatan takaran pupuk Nitrogen menyebabkan tanaman mudah terserang blas, karena menurunkan kadar Kalium dalam jaringan tanaman.

Untuk tanah PMK dianjurkan menggunakan pupuk 60 – 90 kg N, 90 kg P2O5, 60 kgKCl per hektar. Untuk varietas Lokal, pemupukan optimal dianjurkan 45 kg N, 45 kg P2O5, 30 kgKCl per hektar. Pemberian abu sekam yang mengandung Silikat 300 kg/ha dapat menurunkan kerusakan blasd ari 90 % menjadi 48 %.

Penggunaan Fungisida

Hampir 30 – 40 % penyakit blas pada padi ditularkan melalui benih, sehingga pada stadium awal vegetative tanaman padi dapat terserang blas. Oleh karena itu, perlakuan benih (seed treatment) dengan fungisida sistemik seperti Pyroquilone 50 WP sebanyak 8 g/kg benih sangat diperlukan. Untuk blas leher diperlukan penyemprotan dengan fungisida Tricyclazole pada saat bunting.

Oleh : Lilis Hasanah, SP. (Penyuluh Pertanian Lapangan Dinas Pertanian Kabupaten Garut)

Sumber :
https://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/

Materi bisa di dowload di link berikut ini Cara Pengendalian Penyakit Blas Pada Tanaman Padi

Wednesday, October 6, 2021

Pengeringan Cabai Dengan Solar Dryer Dome di Kecamatan Cigedug

Pemanfaatan energi matahari (solar energy) untuk tujuan pengeringan telah dikenal sejak dahulu, yaitu pengeringan secara langsung dengan melakukan penjemuran. Penjemuran langsung merupakan cara yang paling mudah dan murah untuk proses pengeringan, namun jika diteliti lebih seksama penjemuran langsung memiliki kekurangan yaitu membutuhkan waktu yang lebih lama dan kualitas hasil pengeringannya seringkali mengalami kerusakan yang disebabkan oleh hujan, serangga, burung maupun jamur. 

Sejalan dengan semakin berkembangnya teknologi maka munculah inovasi/teknologi pengeringan dengan menggunakan solar dryer dome (SDD) sebagai hasil perbaikan dari cara pengeringan alami dan tradisional. Solar dryer dome merupakan salah satu teknologi untuk menurunkan kadar air (moisture content) komoditas pertanian dengan memanfaatkan udara yang dipanaskan sinar matahari. Bentuk solar dryer dome ini menyerupai kubah, teknologi ini tidak menggunakan energi listrik maupun gas, melainkan tenaga matahari. Solar Dryer Dome digunakan untuk mengeringkan beberapa produk hortikultura dan perkebunan seperti cabai, jahe, pisang, tomat atau kopi. 

Bahan utama Solar Dryer Dome adalah polikarbonat  yang mampu bertahan 10-30 tahun. Bahan tersebut diproduksi dengan formula antisinar UV 98 persen dan optikal khusus agar panas dapat terserap dan tersebar secara merata di dalam kubah. Adapun beberapa keuntungan menggunakan solar dryer dome dibanding pengeringan tradisional diantaranya adalah sebagai berikut :
  • Proses cara mengeringkan cabai sangat mudah dan praktis. Cukup mengumpulkan cabai yang akan dikeringkan dan meletakkannya pada tray penjemuran yang ada di dalam solar dryer dome.
  • Pengeringan menjadi dua kali lebih cepat. Pengeringan cabai menggunakan Solar Dryer Dome akan mengurangi kadar air hingga 70% dalam waktu 3-4 hari, dari waktu normal pengeringan tradisional 7-10 hari.
  • Petani tidak perlu mengeluarkan produknya dari dome pada saat malam hari.
  • Produk menjadi lebih higienis dan terhindar dari serangga. 
  • Umur produk yang dikeringkan lebih lama, aroma produk tetap kuat, rasa produk tidak hilang dan yang paling penting mutu berkualitas.
Proses pengeringan cabai menggunakan solar dryer dome memiliki beberapa tahapan, tahapan tersebut diantaranya sebagai berikut :
1. Sortasi dan grading
Sortasi dilakukan untuk memisahkan cabai yang luka, busuk, atau cacat sebelum penanganan selanjutnya dilakukan, sedangkan grading yaitu proses pemisahan bahan pangan berdasarkan mutu, misalnya ukuran, bobot, kualitas.
2. Blanching
Blanching atau blansir merupakan suatu cara atau perlakuan pemanasan tipe pasteurisasi yang dilakukan pada suhu kurang dari 100°C selama beberapa menit, dengan menggunakan air panas atau uap. Tujuan utama dari blanching ini ialah menonaktifkan enzim peroksidase dan katalase. Selain itu juga untuk mematikan sebagian dari mikroba yang ada dalam cabai tersebut pun ikut mati. 

3. Pengeringan
Solar Dryer Dome menjadi solusi sangat tepat untuk pengeringan cabai. Kipas kecil pada Solar Dryer Dome akan bekerja mengalirkan udara dari luar dengan suhu lebih tinggi melewati cabai yang terletak di atas tray penjemuran.  Pengaturan sirkulasi udara dan pengurangan persentase uap air pada Solar Dryer Dome akan mempercepat proses pengeringan. Pengeringan cabai dengan solar dryer dome hanya butuh waktu kurang dari 5 hari.

4. Pengemasan
Pada pengeringan dengan kapasitas 300 kg cabai merah besar basah menghasilkan cabai kering sebanyak 70 kg, dengan begitu rendemen cabe kering dari cabai merah besar basah menggunakan solar dryer dome sekitar 23,33%. Cabai merah yang telah kering kemudian di kemas ke dalam plastik transparan untuk kemudian disimpan atau langsung di jual ke pasar.

Penggunaan teknologi solar dryer dome sudah banyak diaplikasikan di beberapa daerah seperti Cirebon, Trenggalek, Lampung, Ciwidey dan Garut. Salah satu kelompok tani penerima manfaat bangunan pengering solar dryer dome TA. 2020 yaitu kelompok tani Silih Riksa IV yang berada di Kp. Situgede Desa Cigedug Kabupaten Garut. Dengan adanya bantuan solar dryer dome ini kelompok tani merasa sangat terbantu sekali, mengingat pada saat panen raya harga cabai biasanya menjadi sangat murah, bahkan beberapa pekan dimasa pandemi harga cabai mengalami titik terendah yaitu berada di kisaran 5 ribu rupiah per kilogram.

Teknologi solar dryer dome ini diharapkan akan menjadi salah satu solusi mengatasi over produk cabai merah pada musim panen ataupun pada waktu harga cabai murah. Dengan adanya cara pengeringan ini juga para petani dapat menambah daya saing produknya sehingga pendapatan dan kesejahteraan para petani cabai pun akan meningkat.

Penulis : Hedi Hadiana, A.Md (Koordinator BPP Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut)

Sumber :
https://monitor.co.id/2019/04/11/petani-ciwidey-terapkan-teknologi-solar-dryer-dome-pada-cabai/
https://www.republika.co.id/berita/qzo8tz423/tingkatkan-nilai-tambah-olahan-cabai-dengan-pengeringan
https://tabloidsinartani.com/detail/indeks/horti/7953-Siasat-Menang-dari-Serbuan-Cabai-Kering-Impor
Mikasari, Wilda. 2016. “Peningkatan Nilai Tambah Komoditas Cabai Melalui Penerapan Inovasi Teknologi Penyimpanan Dan Pengeringan Di Provinsi Bengkulu” dalam Laporan Akhir Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian.

Wednesday, September 15, 2021

Mari Gunakan Kartu Tani Untuk Membeli Pupuk Bersubsidi

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pertanian adalah pupuk. Pemerintah melakukan kebijakan penyediaan pupuk bagi petani melalui subsidi harga pupuk. Dalam pelaksanaanya terdapat permasalahan terkait pengawasan, pengadaan dan penyaluran pupuk, antara lain : belum tepat sasaran, perembesan, kelangkaan, dan kenaikan harga di tingkat petani.

Sumber gambar: sampulpertanian.com

Agar distribusi pupuk bersubsidi memenuhi Asas 6 Tepat (Tepat Jumlah, Jenis, Waktu, Tempat, Mutu, dan Harga) dan meminimalisir permasalahan dalam pengawasan, pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi serta implementasi.
Pengertian Kartu Tani
Kartu debit (BNI,BRI, Mandiri) yang digunakan secara khusus untuk membaca alokasi Pupuk Bersubsidi dan transaksi pembayaran Pupuk Bersubsidi di mesin Electronic Data Capture (EDC) BRI yang ditempatkan di Pengecer serta dapat berfungsi untuk melakukan seluruh transaksi perbankan pada umumnya.

Dasar Hukum

  • Peraturan Presiden No. 77 Tahun 2005 tentang Penetapan Pupuk Bersubsidi Sebagai Barang Dalam Pengawasan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden RI No. 15 Tahun 2011;
  • Peraturan Menteri Pertanian No. 69/Permentan/SR.310/12/2016 tentang Alokasi dan HET Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian TA 2017;
  • Peraturan Menteri Perdagangan No. 15/M- Dag/Per/4/2013 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian.


MAKSUD, TUJUAN, MANFAAT DAN SASARAN

Maksud
Terwujudnya pendistribusian, pengendalian dan pengawasan pupuk bersubsidi kepada para petani yang berhak menerima.

Tujuan
Terwujudnya distribusi pupuk bersubsidi sesuai dengan Asas 6 (enam) Tepat (tepat jumlah, jenis, waktu, tempat, mutu dan harga) serta pemberian layanan perbankan bagi petani.

Manfaat
Bagi Pemerintah

  • Memiliki database petani yang tersaji lebih akurat dan terintegrasi;
  • Mengetahui informasi luas lahan pertanian per komoditas per wilayah;
  • Kebijakan berdasarkan informasi perkiraan hasil panen;
  • Menyalurkan subsidi dan bantuan sosial lainnya lebih tepat sasaran.

Bagi Petani

  • Kepastian ketersediaan saprotan bersubsidi/nonsubsidi;
  • Kemudahan penjualan hasil panen oleh off taker (tanpa melalui perantara);
  • Kemudahan akses pembiayaan (KUR);
  • Menumbuhkan kebiasaan menabung (tidak konsumtif);
  • Biaya simpanan lebih ringan;
  • Mendapatkan program Prona (BPN);
  • Kemudahan mendapatkan subsidi (Kemenkeu, Kementan, Kemenkop);
  • Kemudahan mendapatkan bansos.

Bagi Pihak Ketiga

  • Informasi perkiraan jadwal panen (per komoditas dan sebaran wilayah);
  • Penyediaan anggaran serapan hasil panen;
  • Informasi untuk penyediaan gudang dan penanganan pasca panen;
  • Informasi kebutuhan pupuk beserta sebaran wilayahnya;
  • Distribusi pupuk lebih akurat dan sesuai 6 Tepat  (Jumlah, Waktu, Tempat, Mutu, Jenis, Sasaran);
  • Mempermudah manajemen stok dan perkiraan produksi pupuk;
  • Kemudahan transaksi  pembayaran hasil panen kepada petani melalui sistem pembayaran yang terintegrasi.

Sasaran
Petani dengan kriteria :

  1. Tergabung dalam Kelompok Tani dan telah diusulkan untuk memperoleh pupuk bersubsidi melalui Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) yang telah disahkan oleh Kepala Desa/Lurah dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
  2. Mempunyai KTP / NIK.
  3. Mengusahakan lahan untuk kegiatan bertani setiap musim tanam: Petani yang melakukan usaha tani sub sektor tanaman pangan, sub sektor perkebunan, sub sektor hortikultura dan sub sektor peternakan dengan luasan maksimal 2 (dua) hektar; Petambak dengan total luasan maksimal 1 (satu) hektar.
  4. Memiliki rekening Tabungan.


TAHAPAN KARTU TANI

Pendataan dan Verifikasi Data

  1. Persyaratan Mendapatkan Kartu Tani : Petani harus tergabung dalam Kelompok; Petani mengumpulkan Foto Copy e-KTP dan Tanda Kepemilikan Tanah bukti setoran pajak tanah, bukti sewa, anggota LMDH (tanah hutan).
  2. Pendataan dan Verifikasi Data RDKK : Petugas Penyuluh (PPL) melakukan pendataan dan Verifikasi data ke lapangan (NIK, Luas lahan, Komoditas dan jenis pupuk); PPL meng-upload data petani kedalam sistem.
  3. Upload Data RDKK
  4. Upload Alokasi Pupuk Bersubsidi


Penerbitan Kartu Tani

  1.  Data yang dibutuhkan : e KTP dan KK;
  2. Petani hadir di tempat yang telah ditentukan ;
  3. Menunjukkan KTP asli dan menyebutkan nama Ibu Kandung ;
  4. Petugas melakukan pengecekan ke Server Bank;
  5. Proses pembuatan Buku Tabungan
  6. Penyerahan Kartu Tani dan Buku Tabungan oleh petugas Bank


Pembelian Pupuk Bersubsidi Menggunakan Kartu Tani

  1. Petani membawa  Kartu Tani datang ke kios yang dirujuk;
  2. Kartu Tani digesek pada mesin EDC di kios pengecer pupuk bersubsidi;
  3. Masukkan nomor PIN
  4. Mesin ECD menampilkan informasi data alokasi  pupuk dan data petani ;
  5. Lakukan pembelian pupuk sesuai kebutuhan;
  6. Cek kembali alokasi sisa kuota pupuk;
  7. Pengecer menyerahkan pupuk ke petani;
  8. ransaksi selesai, petani membawa pupuk pulang.


Penjualan Hasil Panen

  1. Petani membawa Kartu Tani datang ke off Taker (Bulog) untuk menjual hasil panen;
  2. Off Taker menimbang hasil panen;
  3. Hasil panen diinput dan muncul nilai pembayaran di server;
  4. SINPI mengirimkan laporan melalui sms ke HP Petani;
  5. Di HP Petani ada laporan jumlah panen dan nilai jualnya (rupiah);
  6. Nilai jual (Rupiah) masuk ke rekening petani, dapat cek di rekening petani  melalui ATM
Oleh : Lilis Hasanah, SP. (Penyuluh Pertanian Kabupaten Garut)

Sumber : https://biroinfrasda.jatengprov.go.id

Materi bisa di download pada link ini Kartu Tani Indonesia 

Monday, July 12, 2021

Tugas, Fungsi dan Peran BPP Dalam Upaya Mendukung Kostratani

Dalam upaya medukung kostratani Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) perlu melaksanakan tugas, fungsi dan perannya sebagai berikut :

Tugas dan Fungsi BPP

BPP merupakan unit kerja non-struktural dinas yang menyelenggarakan fungsi penyuluhan pertanian kabupaten/kota yang melaksanakan tugas : 

  1. Menyusun programa Penyuluhan Pertanian kecamatan sejalan dengan programa Penyuluhan Pertanian kabupaten/kota; 
  2. Melaksanakan Penyuluhan Pertanian berdasarkan programa Penyuluhan Pertanian kecamatan;
  3. Menyediakan dan menyebarkan informasi teknologi, sarana produksi, pembiayaan, dan pasar;
  4. Mengembangkan kerjasama dan kemitraan Pelaku Utama dan Pelaku Usaha dengan pihak lain; 
  5. Meningkatkan kapasitas Penyuluh Pertanian PNS, PPPK Penyuluh Pertanian, THL-TB Penyuluh Pertanian, Penyuluh Pertanian Swadaya, dan Penyuluh Pertanian Swasta melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan;
  6. Melaksanakan proses pembelajaran melalui percontohan, pengembangan model usaha tani bagi Pelaku Utama dan Pelaku Usaha;
  7. Menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan penyuluhan pertanian swadaya di desa/kelurahan (Posluhdes); dan
  8. Mengembangkan metode penyuluhan pertanian sesuai dengan kebutuhan, kondisi Pelaku Utama dan Pelaku Usaha.

Balai Penyuluhan Pertanian berfungsi sebagai tempat pertemuan para Penyuluh Pertanian, Pelaku Utama, Pelaku Usaha, dan sebagai pos simpul koordinasi pembangunan pertanian berbasis kawasan. 

Peran BPP

Balai Penyuluhan Pertanian sebagai pelaksana penyuluhan di kecamatan, selain menjalankan tugas dan fungsi juga berperan sebagai pusat gerakan Kostratani di kecamatan sebagai berikut :

1.  Pusat Data dan Informasi Pertanian 
Balai Penyuluhan Pertanian berperan dalam pengumpulan, pengolahan, penyajian data dan informasi potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya sosial dan ekonomi di wilayahnya yang dilaporkan kepada Kostrada, Kostrawil dan Kostranas melalui laporan utama program pembangunan pertanian. 

Selain itu, BPP juga berperan sebagai basis  Perencanaan Pembangunan Pertanian di kecamatan dengan memfokuskan untuk i) mengidentifikasi semua kegiatan, ii) melakukan pemetaan Calon Penerima dan Calon Lokasi (CPCL) semua kegiatan di wilayah kerja BPP dan masuk ke aplikasi Simluhtan, iii) mengusulkan CPCL kepada penanggung jawab kegiatan di dinas kabupaten/kota yang menangani urusan pertanian dan/atau dinas yang menangani urusan pangan.

2.  Pusat Gerakan Pembangunan Pertanian
Balai Penyuluhan Pertanian berperan sebagai wadah koordinasi dan sinkronisasi setiap pelaksanaan pembangunan pertanian di kecamatan yang dilaksanakan oleh kelompok jabatan fungsional bidang Pertanian, (Penyuluh Pertanian Swadaya, Penyuluh Pertanian Swasta, widyaiswara, akademisi, peneliti, tenaga teknis bidang Pertanian), camat, dan kepala desa/lurah di wilayah kerja BPP dengan koordinasi Dinas daerah kabupaten/kota yang menyelenggarakan urusan pertanian dan/atau urusan pangan.

3.  Pusat Pembelajaran Pertanian 
Balai Penyuluhan Pertanian berperan dalam proses pembelajaran dalam bentuk antara lain sekolah lapang, demplot, demfarm, demarea, atau Kaji Terap bagi Pelaku Utama, Pelaku Usaha, penyuluh, widyaiswara, akademisi, peneliti dalam mendukung pengembangan penangkar/produsen benih, pemanfaatan alat mesin pertanian (alsintan), regenerasi petani, serta pengembangan usaha tani berorientasi ekonomi, dan/atau spesifik lokalita di lahan BPP atau Lahan Pelaku Utama.

4.  Pusat Konsultasi Agribisnis 
Balai Penyuluhan Pertanian  berperan sebagai tempat konsultasi agribisnis dan manajemen usaha tani Pelaku Utama dan Pelaku Usaha dengan melibatkan instansi/lembaga lain, praktisi dan volunteer pembangunan pertanian sebagai narasumber.

5. Pusat Pengembangan Kemitraan Usaha Pertanian 
Balai Penyuluhan Pertanian berperan sebagai pusat pengembangan kemitraan usaha antara Pelaku Utama dan Pelaku Usaha secara reguler dan/atau pelaksanaan Farm Field Day (FFD) dengan melibatkan sumber permodalan (bank, asuransi), Badan Urusan Logistik (Bulog), dinas koperasi, dinas perdagangan dan industri, eksportir, dinas perizinan dan instansi lainnya.

Wednesday, May 5, 2021

Gerakan Pengendalian OPT Pada Tanaman Hortikultura di Kelompok Tani Digdaya Agro Nusantara

Keberhasilan pengembangan tanaman hortikultura tidak terlepas dari peran penting perlindungan tanaman hortikultura dari serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), hal ini menjadi penting dalam upaya menjaga kuantitas, kualitas dan kontinuitas hasil atau produksi. Oleh karena itu Dinas Pertanian Kabupaten Garut melalui Bidang Hortikultura bekerjasama dengan PT. Syngenta melaksanakan Gerakan Pengendalian (Gerdal) OPT pada tanaman hortikultura di Kelompok Tani Digdaya Agro Nusantara yang berada di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug. 

Gerakan pengendalian OPT hortikultura yang dilakukan diantaranya pada tanaman cabai dan jeruk yang tentunya diarahkan untuk upaya penekanan kehilangan hasil akibat serangan OPT, menjamin mutu hasil sehingga memiliki daya saing yang tinggi dan aman dikonsumsi oleh masyarakat.


Tindakan pengendalian dilakukan yaitu secara preventif (pencegahan) dan kuratif (telah terjadi serangan). Walaupun pengendalian yang dilaksanakan menggunakan pestisida, tim dari PT. Sygenta selalu tetap menyarankan dalam pemakaianya harus dengan cara yang baik dan benar. Sebelum melakukan penyemprotan disarankan para petani untuk melakukan pengamatan pada tanaman yang akan disemprot untuk mengetahui jenis dari OPT yang menyerang serta ambang ekonomi dan ambang kendali dari OPT tersebut.


Tim PT. Syngeta juga memberikan pemahaman pentingnya penerapan konsep PHT, penggunaan pestisida harus berdasarkan pada enam tepat, yaitu (1) tepat sasaran, (2) tepat mutu, (3) tepat jenis pestisida, (4) tepat waktu, (5) tepat dosis atau konsentrasi, dan (6) tepat cara penggunaan. Hal itu disampaikan karena menjadi salah satu kewajiban dari pihak perusahaan untuk memberikan edukasi kepada para petani agar petani bisa mengaplikasikan pestisida secara bijaksana. Selanjutnya tim juga menyampaikan pentingya pengunaan alat pelindung diri pada saat penggunaan pestisida supaya tidak terjadi keracunan pada penggunanya.

Monday, April 19, 2021

Program Kemitraan Closed Loop di Kecamatan Cigedug

Closed Loop merupakan pilot project kemitraan tanaman cabai di Kabupaten Garut yang diinisiasi oleh Kemenko Perekonomian, KADIN dan IPB dengan melibatkan Kementerian Pertanian, Pemerintah Kabupaten Garut, UNPAD, PT. Pupuk Kujang, PT KAI, PT PASKOMNAS, PT 8Villages, PT Ewindo, PT. Indofood, dan PT Mercy Corp Indonesia.

Pola kemitraan Closed Loop mensinergikan rantai nilai pertanian, mulai dari hulu sampai dengan hilir untuk menciptakan efisiensi yang berdaya saing dan berkeadilan. Dengan adanya kemitraan seperti ini, para petani dapat terhubung langsung dengan berbagai pihak seperti perusahaan, bank, koperasi, bahkan dengan industri dan retail.


Demplot Closed Loop dilaksanakan di daerah Kawasan Agrowisata Eptilu seluas 3 Hektar yang tersebar di Kecamatan Cigedug. Adapun output yang diharapkan dari kegiatan kemitraan Closed Loop diantaranya yaitu meningkatkan kesejahteraan petani cabai khususnya di Kabupaten Garut dan bisa menjadi success story yang dapat direplikasi pada pengembangan bisnis hortikultura di wilayah lain di Indonesia.



Friday, March 5, 2021

Sistem Tanam Padi Jajar Legowo

Pendahuluan

Dalam berbagai upaya pencapaian target program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN), pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian melalui Badan Pengembangan dan Penelitian telah banyak mengeluarkan rekomendasi untuk diaplikasikan oleh petani. Salah satu rekomendasi ini adalah penerapan sistem tanam yang benar dan baik melalui pengaturan jarak tanam yang dikenal dengan sistem tanam jajar legowo.

Dalam melaksanakan usaha tanam padi ada bebarapa hal yang menjadi tantangan salah satunya yaitu bagaimana upaya ataupun cara yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil produksi padi yang tinggi. Namun untuk mewujudkan upaya tersebut masih terkendala karena jika diperhatikan masih banyak petani yang belum mau melaksanakan anjuran sepenuhnya. Sebagai contoh dalam hal sistem tanam masih banyak petani yang bertanam tanpa jarak tanam yang beraturan. Padahal dengan pengaturan jarak tanam yang tepat dan teknik yang benar dalam hal ini adalah sistem tanam jajar legowo maka akan diperoleh efisiensi dan efektifitas pertanaman serta memudahkan tindakan kelanjutannya.

Pengertian Sistem Tanam Jajar Legowo

Jajar legowo diambil dari bahasa jawa yang secara harfiah tersusun dari kata “lego (lega)” dan “dowo (panjang)” yang secara kebetulan sama dengan nama pejabat yang memperkenalkan cara tanam ini. Sistem tanam jajar legowo diperkenalkan pertama kali oleh seorang pejabat Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banjar Negara Provinsi Jawa Tengah yang bernama Bapak Legowo yang kemudian ditindak lanjuti oleh Departemen Pertanian melalui pengkajian dan penelitian sehingga menjadi suatu rekomendasi atau anjuran untuk diterapkan oleh petani dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman padi. 

Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi tanaman dengan mengatur jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan. Sistem tanam jajar legowo merupakan salah satu rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Sistem tanam jajar legowo juga merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman pingir yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Seperti diketahui bahwa tanaman padi yang berada dipinggir memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dibanding tanaman padi yang berada di barisan tengah sehingga memberikan hasil produksi dan kualitas gabah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena tanaman yang berada dipinggir akan memperoleh intensitas sinar matahari yang lebih banyak (efek tanaman pinggir). Adapun manfaat dan tujuan dari penerapan sistem tanam jajar legowo adalah sebagai berikut :

  1. Menambah jumlah populasi tanaman padi sekitar 30% yang diharapkan akan meningkatkan produksi baik secara makro maupun mikro.
  2. Dengan adanya baris kosong akan mempermudah pelaksanaan pemeliharaan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman yaitu dilakukan melalui barisan kosong/lorong.
  3. Mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya dan dengan lahan yang relatif terbuka kelembaban juga akan menjadi lebih rendah sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan.
  4. Menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian tanaman dalam barisan.
  5. Dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo akan menambah kemungkinan barisan tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir dengan memanfaatkan sinar matahari secara optimal bagi tanaman yang berada pada barisan pinggir. Semakin banyak intensitas sinar matahari yang mengenai tanaman maka proses metabolisme terutama fotosintesis tanaman yang terjadi di daun akan semakin tinggi sehingga akan didapatkan kualitas tanaman yang baik ditinjau dari segi pertumbuhan dan hasil.

Penerapan Sistem Tanam Jajar Legowo

Bersumber dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten bahwa modifikasi jarak tanam pada sistem tanam jajar legowo bisa dilakukan dengan melihat berbagai pertimbangan. Secara umum jarak tanam yang dipakai adalah 20 X 20 cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5 X 22,55 cm atau 25 X 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi yang akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya. Jarak tanam untuk padi yang sejenis dengan varietas IR-64 seperti varietas ciherang cukup dengan jarak tanam 20 X 20 cm sedangkan untuk varietas padi yang memiliki penampilan lebat dan tinggi perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar misalnya 22,5 sampai 25 cm. Demikian juga pada tanah yang kurang subur cukup digunakan jarak tanam 20 X 20 cm sedangkan pada tanah yang lebih subur perlu diberi jarak yang lebih lebar misal 22,5 cm atau pada tanah yang sangat subur jarak tanamnya bisa 25 X 25 cm. Pemilihan ukuran jarak tanam ini bertujuan agar mendapatkan hasil yang optimal.

Ada beberapa tipe cara tanam sistem jajar legowo yang secara umum dapat dilakukan yaitu ; tipe legowo (2 : 1), (3 : 1), (4 : 1), (5 : 1), (6 : 1) dan tipe lainnya yang sudah ada serta telah diaplikasikan oleh sebagian masyarakat petani di Indonesia. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian diketahui jika tipe sistem tanam jajar legowo terbaik dalam memberikan hasil produksi gabah tinggi adalah tipe jajar legowo (4:1) sedangkan dari tipe jajar legowo (2 : 1) dapat diterapkan untuk mendapatkan bulir gabah berkualitas benih.

Jajar legowo (2 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap dua baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar baris sedangkan jarak tanaman dalam barisan adalah setengah kali jarak tanam antar barisan. Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (2 : 1) adalah 20 cm (antar barisan) X 10 cm (barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong).

Dengan sistem jajar legowo (2 : 1) seluruh tanaman dikondisikan seolah-olah menjadi tanaman pinggir. Penerapan sistem jajar legowo (2 : 1) dapat meningkatkan produksi padi dengan gabah kualitas benih dimana sistem jajar legowo seperti ini sering dijumpai pada pertanaman untuk tujuan penangkaran atau produksi benih. Untuk lebih jelasnya tentang cara tanam jajar legowo (2 : 1) dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.

Gambar jajar legowo 2

Jajar legowo (3 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap tiga baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar barisan. Modifikasi tanaman pinggir dilakukan pada baris tanaman ke-1 dan ke-3 yang diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya efek tanaman pinggir. Prinsip penambahan jumlah populasi tanaman dilakukan dengan cara menanam pada setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-3) dengan jarak tanam setengah dari jarak tanam antar barisan.

Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (3 : 1) adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) X 10 cm (barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong) yang lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.

Gambar jajar legowo 3

Jajar legowo (4 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap empat baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar barisan. Dengan sistem legowo seperti ini maka setiap baris tanaman ke-1 dan ke-4 akan termodifikasi menjadi tanaman pinggir yang diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya efek tanaman pinggir. Prinsip penambahan jumlah populasi tanaman dilakukan dengan cara menanam pada setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-4) dengan jarak tanam setengah dari jarak tanam antar barisan.

Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (4 : 1) adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) X 10 cm (barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong) yang lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.

Gambar jajar legowo 4

Seperti telah diuraikan di atas bahwa prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan jumlah populasi tanaman dengan pengaturan jarak tanam. Adapun jumlah peningkatan populasi tanaman dengan penerapan sistem tanam jajar legowo ini dapat kita ketahui dengan rumus : 100 % X 1 / (1 + jumlah legowo).

Dengan demikian untuk masing-masing tipe sistem tanam jajar legowo dapat kita hitung penambahan/peningkatan populasinya sebagai berikut :
Jajar legowo (2 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1(1 + 2) = 30 %
Jajar legowo (3 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 3) = 25 %
Jajar legowo (4 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 4) = 20 %
Jajar legowo (5 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 5) = 16,6 %
Jajar legowo (6 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 6) = 14,29 %

Tipe sistem tanam jajar legowo (4 : 1) dipilih sebagai anjuran kepada petani untuk diterapkan dalam rangka peningkatan produksi padi karena berdasarkan hasil penilitian yang telah dilakukan dengan melihat serta mempertimbangkan tingkat efisiensi dan efektifitas biaya produksi dalam penggunaan pupuk dan benih serta pengaruhnya terhadap hasil produksi tanaman padi.

Sistem tanam jajar legowo memang telah terbukti dapat meningkatkan produksi padi secara signifikan meskipun masih terdapat beberapa hal yang mungkin lebih tepat disebut sebagai “konsekuensi untuk mendapatkan hasil produksi yang lebih tinggi” dibanding disebut sebagai “kelemahan atau kekurangan” dari sistem tanam jajar legowo. Beberapa hal ini diantaranya adalah :

  1. Sistem tanam jajar legowo akan membutuhkan tenaga dan waktu tanam yang lebih banyak.
  2. Sistem tanam jajar legowo juga akan membutuhkan benih dan bibit lebih banyak karena adanya penambahan populasi.
  3. Pada baris kosong jajar legowo biasanya akan ditumbuhi lebih banyak rumput/gulma.
  4. Sistem tanam jajar legowo yang diterapkan pada lahan yang kurang subur akan meningkatkan jumlah penggunaan pupuk tetapi masih dalam tingkat signifikasi yang rendah.
  5. Dengan membutuhkan waktu, tenaga dan kebutuhan benih yang lebih banyak maka membutuhkan biaya yang lebih banyak juga dibandingkan dengan budi daya tanpa menggunakan sistem tanam jajar legowo.

Dengan budidaya padi sesuai rekomendasi atau anjuran yang tepat dalam hal ini pengelolaan tanaman terpadu (PTT) maka semua hal diatas dapat tertutupi dari hasil produksi yang didapatkan sehingga ditinjau dari faktor penambahan tenaga kerja dan biaya produksi tidak akan berpengaruh dan tetap lebih menguntungkan dibandingkan tanpa menerapkan sistem tanam jajar legowo.

Sebagai tambahan bahwa penerapan sistem tanam jajar legowo akan memberikan hasil maksimal dengan memperhatikan arah barisan tanaman dan arah datangnya sinar matahari. Lajur barisan tanaman dibuat menghadap arah matahari terbit agar seluruh barisan tanaman pinggir dapat memperoleh intensitas sinar matahari yang optimum dengan demikian tidak ada barisan tanaman terutama tanaman pinggir yang terhalangi oleh tanaman lain dalam mendapatkan sinar matahari.

Oleh :
Deni Hardiman, SP. PPL BPP Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut

Sumber Referensi : 
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten 
Gerbang pertanian.com 
Sekarmadjapahit.wordpress.com
Kabartani.com

 
MARI KITA WUJUDKAN "PERTANIAN MAJU, MANDIRI DAN MODERN, PETANI SEJAHTERA"