Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Cigedug

Jl. Raya Cigedug, Kp. Cirata Desa Sukahurip Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut

Selamat Datang...

Semoga Informasi Yang Kami Sampaikan Bisa Bermanfaat

Pelatihan Perbanyakan Tanaman Jeruk

Perbanyakan tanaman secara okulasi dan grafting yang berlokasi di Wahana Agrowisata EPTILU

Gerakan Tanam dan Pelihara Pohon (GTPP)

Sumbangsih untuk negeri penanaman pohon kopi di Kecamatan Cigedug

Pembukaan SL IPDMIP Tahun 2021

Acara pembukaan SL IPDMIP Tahun 2021 di BPP Kecamatan Cigedug

Bimtek Pembuatan Programa

Bimbingan teknis untuk penyusunan programa di BPP Kecamatan Cigedug

Sekolah Lapangan IPDMIP Tahun 2020

Kelompok Tani Negla Indah Desa Cintanagara Kecamatan Cigedug

Showing posts with label Materi Penyuluhan Pertanian. Show all posts
Showing posts with label Materi Penyuluhan Pertanian. Show all posts

Sunday, December 12, 2021

Cara Pengendalian Penyakit Blas Pada Tanaman Padi

Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia  grisea. Awalnya penyakit ini berkembang di pertanaman padi gogo, tetapi akhir-akhir ini sudah menyebar di lahan sawah irigasi. Jamur P. grisea dapat menginfeksi pada semua fase pertumbuhan tanaman padi mulai dari persemaian sampai menjelang panen. Pada fase bibit dan pertumbuhan vegetatif tanaman padi,  P. grisea menginfeksi bagian daun dan menimbulkan gejala penyakit yang berupa bercak coklat berbentuk belah ketupat yang disebut blas daun. Pada fase pertumbuhan generatif tanaman padi, gejala penyakit blas berkembang pada tangkai/leher malai disebut blas leher. Perkembangan parah penyakit blas leher infeksinya dapat mencapai bagian gabah dan patogennya dapat terbawa gabah sebagai patogen tular benih (seed borne).

Penyakit blas leher juga sering disebut busuk leher, patah leher, tekek (Jawa Tengah), kecekik (Jawa Barat). Penyakit blas juga dapat berkembang pada tanaman selain padi seperti gandum, sorgum dan spesies rumput-rumputan. Pada lingkungan yang kondusif, blas daun berkembang pesat dan kadang-kadang dapat menyebabkan kematian tanaman. Penyakit blas leher dapat menurunkan hasil secara nyata karena menyebabkan leher malai mengalami busuk atau patah sehingga proses pengisian malai terganggu dan banyak terbentuk bulir padi hampa. Gangguan penyakit  blas leher di daerah endemis sering menyebabkan tanaman padi menjadi puso.

Teknik Pengendalian Penyakit Blas

Keberhasilan pengendalian penyakit blas dipengaruhi oleh kemampuan pengaturan lingkungan. Terutama iklim mikro tanaman, keseimbangan penyerapan unsur hara dan tingkat kesuburan tanah. Kondisi lingkungan berpengaruh terhadap laju perubahan raspathogen blas, diantaranya varietas tahan, musim tanam yang tepat, pemakaian pupuk seimbang, dan penggunaan fungisida secara tepat.

Penggunaan Varietas Tahan

Penanaman varietas tahan merupakan cara pengendalian yang terbaik, diharapkan varietas mempunyai ketahanan yang stabil .Ketahanan stabil adalah ketahanan yang tidak berubah (konsisten) pada tempat dan waktu penanaman yang berbeda atau tahan terhadap Pyricularia Oryzae. 

Waktu Tanam

Perbedaan agroklimat antarlokasi/wilayah dalam skala besar atau kecil memerlukan pengelolaan yang berbeda dalam menghadapi serangan blas. Oleh karenaitu, penanaman padi gogo dianjurkan pada awal musim penghujan. Penanaman pada awal musim hujan perlu dibantu dengan penyemprotan fungisida untuk menekan blas leher, terutama pada saat keluar malai dan awal berbunga.

Pemupukan

Pengaruh pemupukan terhadap penyakit blas tergantung pada kesuburan tanah, jenis dan takaran pupuk, serta varietas yang ditanam.Varietas yang rentan dengan peningkatan takaran pupuk Nitrogen menyebabkan tanaman mudah terserang blas, karena menurunkan kadar Kalium dalam jaringan tanaman.

Untuk tanah PMK dianjurkan menggunakan pupuk 60 – 90 kg N, 90 kg P2O5, 60 kgKCl per hektar. Untuk varietas Lokal, pemupukan optimal dianjurkan 45 kg N, 45 kg P2O5, 30 kgKCl per hektar. Pemberian abu sekam yang mengandung Silikat 300 kg/ha dapat menurunkan kerusakan blasd ari 90 % menjadi 48 %.

Penggunaan Fungisida

Hampir 30 – 40 % penyakit blas pada padi ditularkan melalui benih, sehingga pada stadium awal vegetative tanaman padi dapat terserang blas. Oleh karena itu, perlakuan benih (seed treatment) dengan fungisida sistemik seperti Pyroquilone 50 WP sebanyak 8 g/kg benih sangat diperlukan. Untuk blas leher diperlukan penyemprotan dengan fungisida Tricyclazole pada saat bunting.

Oleh : Lilis Hasanah, SP. (Penyuluh Pertanian Lapangan Dinas Pertanian Kabupaten Garut)

Sumber :
https://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/

Materi bisa di dowload di link berikut ini Cara Pengendalian Penyakit Blas Pada Tanaman Padi

Friday, March 5, 2021

Sistem Tanam Padi Jajar Legowo

Pendahuluan

Dalam berbagai upaya pencapaian target program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN), pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian melalui Badan Pengembangan dan Penelitian telah banyak mengeluarkan rekomendasi untuk diaplikasikan oleh petani. Salah satu rekomendasi ini adalah penerapan sistem tanam yang benar dan baik melalui pengaturan jarak tanam yang dikenal dengan sistem tanam jajar legowo.

Dalam melaksanakan usaha tanam padi ada bebarapa hal yang menjadi tantangan salah satunya yaitu bagaimana upaya ataupun cara yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil produksi padi yang tinggi. Namun untuk mewujudkan upaya tersebut masih terkendala karena jika diperhatikan masih banyak petani yang belum mau melaksanakan anjuran sepenuhnya. Sebagai contoh dalam hal sistem tanam masih banyak petani yang bertanam tanpa jarak tanam yang beraturan. Padahal dengan pengaturan jarak tanam yang tepat dan teknik yang benar dalam hal ini adalah sistem tanam jajar legowo maka akan diperoleh efisiensi dan efektifitas pertanaman serta memudahkan tindakan kelanjutannya.

Pengertian Sistem Tanam Jajar Legowo

Jajar legowo diambil dari bahasa jawa yang secara harfiah tersusun dari kata “lego (lega)” dan “dowo (panjang)” yang secara kebetulan sama dengan nama pejabat yang memperkenalkan cara tanam ini. Sistem tanam jajar legowo diperkenalkan pertama kali oleh seorang pejabat Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banjar Negara Provinsi Jawa Tengah yang bernama Bapak Legowo yang kemudian ditindak lanjuti oleh Departemen Pertanian melalui pengkajian dan penelitian sehingga menjadi suatu rekomendasi atau anjuran untuk diterapkan oleh petani dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman padi. 

Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi tanaman dengan mengatur jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan. Sistem tanam jajar legowo merupakan salah satu rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Sistem tanam jajar legowo juga merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman pingir yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Seperti diketahui bahwa tanaman padi yang berada dipinggir memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dibanding tanaman padi yang berada di barisan tengah sehingga memberikan hasil produksi dan kualitas gabah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena tanaman yang berada dipinggir akan memperoleh intensitas sinar matahari yang lebih banyak (efek tanaman pinggir). Adapun manfaat dan tujuan dari penerapan sistem tanam jajar legowo adalah sebagai berikut :

  1. Menambah jumlah populasi tanaman padi sekitar 30% yang diharapkan akan meningkatkan produksi baik secara makro maupun mikro.
  2. Dengan adanya baris kosong akan mempermudah pelaksanaan pemeliharaan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman yaitu dilakukan melalui barisan kosong/lorong.
  3. Mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya dan dengan lahan yang relatif terbuka kelembaban juga akan menjadi lebih rendah sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan.
  4. Menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian tanaman dalam barisan.
  5. Dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo akan menambah kemungkinan barisan tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir dengan memanfaatkan sinar matahari secara optimal bagi tanaman yang berada pada barisan pinggir. Semakin banyak intensitas sinar matahari yang mengenai tanaman maka proses metabolisme terutama fotosintesis tanaman yang terjadi di daun akan semakin tinggi sehingga akan didapatkan kualitas tanaman yang baik ditinjau dari segi pertumbuhan dan hasil.

Penerapan Sistem Tanam Jajar Legowo

Bersumber dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten bahwa modifikasi jarak tanam pada sistem tanam jajar legowo bisa dilakukan dengan melihat berbagai pertimbangan. Secara umum jarak tanam yang dipakai adalah 20 X 20 cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5 X 22,55 cm atau 25 X 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi yang akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya. Jarak tanam untuk padi yang sejenis dengan varietas IR-64 seperti varietas ciherang cukup dengan jarak tanam 20 X 20 cm sedangkan untuk varietas padi yang memiliki penampilan lebat dan tinggi perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar misalnya 22,5 sampai 25 cm. Demikian juga pada tanah yang kurang subur cukup digunakan jarak tanam 20 X 20 cm sedangkan pada tanah yang lebih subur perlu diberi jarak yang lebih lebar misal 22,5 cm atau pada tanah yang sangat subur jarak tanamnya bisa 25 X 25 cm. Pemilihan ukuran jarak tanam ini bertujuan agar mendapatkan hasil yang optimal.

Ada beberapa tipe cara tanam sistem jajar legowo yang secara umum dapat dilakukan yaitu ; tipe legowo (2 : 1), (3 : 1), (4 : 1), (5 : 1), (6 : 1) dan tipe lainnya yang sudah ada serta telah diaplikasikan oleh sebagian masyarakat petani di Indonesia. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian diketahui jika tipe sistem tanam jajar legowo terbaik dalam memberikan hasil produksi gabah tinggi adalah tipe jajar legowo (4:1) sedangkan dari tipe jajar legowo (2 : 1) dapat diterapkan untuk mendapatkan bulir gabah berkualitas benih.

Jajar legowo (2 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap dua baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar baris sedangkan jarak tanaman dalam barisan adalah setengah kali jarak tanam antar barisan. Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (2 : 1) adalah 20 cm (antar barisan) X 10 cm (barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong).

Dengan sistem jajar legowo (2 : 1) seluruh tanaman dikondisikan seolah-olah menjadi tanaman pinggir. Penerapan sistem jajar legowo (2 : 1) dapat meningkatkan produksi padi dengan gabah kualitas benih dimana sistem jajar legowo seperti ini sering dijumpai pada pertanaman untuk tujuan penangkaran atau produksi benih. Untuk lebih jelasnya tentang cara tanam jajar legowo (2 : 1) dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.

Gambar jajar legowo 2

Jajar legowo (3 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap tiga baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar barisan. Modifikasi tanaman pinggir dilakukan pada baris tanaman ke-1 dan ke-3 yang diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya efek tanaman pinggir. Prinsip penambahan jumlah populasi tanaman dilakukan dengan cara menanam pada setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-3) dengan jarak tanam setengah dari jarak tanam antar barisan.

Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (3 : 1) adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) X 10 cm (barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong) yang lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.

Gambar jajar legowo 3

Jajar legowo (4 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap empat baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar barisan. Dengan sistem legowo seperti ini maka setiap baris tanaman ke-1 dan ke-4 akan termodifikasi menjadi tanaman pinggir yang diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya efek tanaman pinggir. Prinsip penambahan jumlah populasi tanaman dilakukan dengan cara menanam pada setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-4) dengan jarak tanam setengah dari jarak tanam antar barisan.

Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (4 : 1) adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) X 10 cm (barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong) yang lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.

Gambar jajar legowo 4

Seperti telah diuraikan di atas bahwa prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan jumlah populasi tanaman dengan pengaturan jarak tanam. Adapun jumlah peningkatan populasi tanaman dengan penerapan sistem tanam jajar legowo ini dapat kita ketahui dengan rumus : 100 % X 1 / (1 + jumlah legowo).

Dengan demikian untuk masing-masing tipe sistem tanam jajar legowo dapat kita hitung penambahan/peningkatan populasinya sebagai berikut :
Jajar legowo (2 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1(1 + 2) = 30 %
Jajar legowo (3 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 3) = 25 %
Jajar legowo (4 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 4) = 20 %
Jajar legowo (5 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 5) = 16,6 %
Jajar legowo (6 : 1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 6) = 14,29 %

Tipe sistem tanam jajar legowo (4 : 1) dipilih sebagai anjuran kepada petani untuk diterapkan dalam rangka peningkatan produksi padi karena berdasarkan hasil penilitian yang telah dilakukan dengan melihat serta mempertimbangkan tingkat efisiensi dan efektifitas biaya produksi dalam penggunaan pupuk dan benih serta pengaruhnya terhadap hasil produksi tanaman padi.

Sistem tanam jajar legowo memang telah terbukti dapat meningkatkan produksi padi secara signifikan meskipun masih terdapat beberapa hal yang mungkin lebih tepat disebut sebagai “konsekuensi untuk mendapatkan hasil produksi yang lebih tinggi” dibanding disebut sebagai “kelemahan atau kekurangan” dari sistem tanam jajar legowo. Beberapa hal ini diantaranya adalah :

  1. Sistem tanam jajar legowo akan membutuhkan tenaga dan waktu tanam yang lebih banyak.
  2. Sistem tanam jajar legowo juga akan membutuhkan benih dan bibit lebih banyak karena adanya penambahan populasi.
  3. Pada baris kosong jajar legowo biasanya akan ditumbuhi lebih banyak rumput/gulma.
  4. Sistem tanam jajar legowo yang diterapkan pada lahan yang kurang subur akan meningkatkan jumlah penggunaan pupuk tetapi masih dalam tingkat signifikasi yang rendah.
  5. Dengan membutuhkan waktu, tenaga dan kebutuhan benih yang lebih banyak maka membutuhkan biaya yang lebih banyak juga dibandingkan dengan budi daya tanpa menggunakan sistem tanam jajar legowo.

Dengan budidaya padi sesuai rekomendasi atau anjuran yang tepat dalam hal ini pengelolaan tanaman terpadu (PTT) maka semua hal diatas dapat tertutupi dari hasil produksi yang didapatkan sehingga ditinjau dari faktor penambahan tenaga kerja dan biaya produksi tidak akan berpengaruh dan tetap lebih menguntungkan dibandingkan tanpa menerapkan sistem tanam jajar legowo.

Sebagai tambahan bahwa penerapan sistem tanam jajar legowo akan memberikan hasil maksimal dengan memperhatikan arah barisan tanaman dan arah datangnya sinar matahari. Lajur barisan tanaman dibuat menghadap arah matahari terbit agar seluruh barisan tanaman pinggir dapat memperoleh intensitas sinar matahari yang optimum dengan demikian tidak ada barisan tanaman terutama tanaman pinggir yang terhalangi oleh tanaman lain dalam mendapatkan sinar matahari.

Oleh :
Deni Hardiman, SP. PPL BPP Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut

Sumber Referensi : 
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten 
Gerbang pertanian.com 
Sekarmadjapahit.wordpress.com
Kabartani.com

 
MARI KITA WUJUDKAN "PERTANIAN MAJU, MANDIRI DAN MODERN, PETANI SEJAHTERA"